September 9, 2013

Azolla Microphylla Sebagai Pakan Ayam dan Itik

0 comments
azolla untuk pakan ternak

Penyediaan pakan untuk ternak unggas di Indonesia masih menghadapi kendala mahalnya harga, sehingga para peternak tidak mendapatkan untung yang optimal. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah mencari pakan alternatif yang bermutu tinggi, mudah dibudidayakan, berbiaya rendah, dan tidak memerlukan lahan yang luas. Diharapkan bahan pakan ini dapat menggantikan atau melengkapi sebagian penggunaan bahan pakan pabrikan atau impor. Sehingga peternakan dapat dijalankan dengan pola ramah lingkungan tapi produktifitas dan keuntungan tetap tinggi.

Potensi Azolla microphylla sebagai sumber protein yang berkualitas serta mengandung xantophil dan asam amino sangat baik untuk pakan ternak. Kandungan gizi Azolla microphylla bervariasi tergantung pada lingkungannya di mana tanaman air tersebut tumbuh. Azolla microphylla selain sebagai sumber protein dan energi juga sebagai sumber mineral. Berdasarkan berat keringnya Azolla microphylla mengandung protein kasar 24 -30%, lemak kasar 3 - 3,2%,abu 10 - 19%, kalsium 0,4 -1,0% dan fosfor 0,5 - 0,9%. Sedangkan menurut KHATUN et al (1999) Azolla microphylla adalah hijauan sumber protein dengan kadar protein 28,54%, daya cerna proteinnya sebesar 21,98% dan nilai metabolisme energinya 7, 59 MJ/kg.

Penambahan Azolla microphylla dalam Ransum Ayam Petelur

Azolla dapat diberikan pada ternak dalam bentuk kering matahari atau dalam bentuk kompos. Di bawah ini hasil penelitian (SUDIBYA et al, 1992) yang menggunakan Azolla kering dan kompos yang di berikan pada ransum ayam petelur sebagai pengganti bungkil kedelai, dengan substitusi sebesar 0 : 5 ; 10 : 15 ; 20 dan 25%. Yang diamati pada periode pertambahan (starter- grower) dan periode bertelur (layer) adalah pertambahan bobot badan (pbb), konsumsi pakan dan konversi pakan . Pada periode layer diamati juga produksi telur dan IOFC (income over feed cost/keuntungan di atas biaya produksi). Baik pada periode starter maupun grower penambahan azolla kering dan kompos menunjukkan pbb yang berarti dan hasil tertinggi dicapai pada level 25%. (Tabel 1) menunjukkan dengan meningkatnya level Azolla microphylla sebagai substitusi kedelai diikuti dengan penambahan bobot badan pada periode pertumbuhan (starter dan grower). Konsumsi pakan pada periode pertumbuhan dan periode bertelur menurun dan terendah dicapai pada level 25% baik Azolla microphylla kering maupun kompos. Penurunan ini disebabkan meningkatnya kandungan energi dan protein dalam ransum tersebut sehingga ternak menjadi cepat kenyang.

(Tabel 1) Nilai Rata-rata pbb (gr/ekor) Ayam Petelur Karena Pengaruh Penambahan Azolla

Periode PertumbuhanBentuk Azolla 0 %5 %10 %15 %20 %25 %
Starter Kering 620,75623,00 626,60627,90 635,00 645,56
Starter Kompos 620,20620,60 622,30625,86 634,56 644,36
Grower Kering 1653,101664,40 1688,001702,60 1710,90 1724,60
Grower Kompos 1640,001645,44 1668,601673,20 1703,00 1710,80
Nilai 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25% pada tabel di atas adalah level Azolla sebagai substitusi bungkil kedelai.

Penambahan Azolla microphylla ke dalam Ransum Itik

Penelitian terhadap itik dengan memberikan ransum yang mengandung Azolla microphylla 20% dan 40% (persen dari ransum basal) . Yang diamati adalah konsumsi bahan kering ransum/pakan, pertambahan bobot badan (pbb), retensi nitrogen(%) dan konversi pakan. Konsumsi pakan itik yang mengandung Azolla microphylla 20% dan 40% hampir tidak berbeda, namun pertambahan bobot badannya berbeda sangat nyata. Lihat (Tabel 2).

(Tabel 2) Nilai Rata-rata Konsumsi Bahan Kering Pakan Itik dan Pertambahan Bobot Badan (pbb)

Ransum PerlakuanKomposisi Ransum (gr/ekor/minggu)pbb (gr/ekor/minggu)
Kontrol590,85 146,85
20% Azolla microphylla620,10 163,40
40% Azolla microphylla631,12 140,80
Pada (Tabel 2) menunjukkan rata-rata konsumsi pakan itik dan pertambahan bobot badan itik selama penelitian berlangsung. Ransum kontrol terdiri dari 41% jagung kuning, 30% dedak halus, 20% bungkil kedelai, 7% tepung ikan dan minyak nabati dan tepung tulang masing-masing 1%. Penambahan Azolla 40% menunjukkan nilai konversi pakan paling tinggi (4,68) bila dibandingkan dengan nilai konversi pakan kontrol (4,40)dan Azolla 20% (4,20). Hal ini disebabkan penambahan Azolla 40% konsumsi ransumnya tinggi yakni 631,12 (gr/ekor/minggu) dengan pbb sebesar 140,8 (gr/ekor/minggu). Dengan demikian setiap ternak mempunyai kemampuan berbeda dalam mencerna pakan yang dikonsumsinya.

Ransum yang mengandung Azolla 20% menghasilkan pbb yang sangat tinggi, dapat meningkatkan palatabilitas ransum sehingga ternak itik akan mengkonsumsi ransum dalam jumlah besar. Namun tidak berlaku pada penambahan Azolla 40%, walaupun konsumsi pakan meningkat tetapi tidak diikuti dengan pertambahan bobot badan yang meningkat akibatnya nilai konversi pakan naik. Di samping itu meningkatnya Azolla dalam ransum menyebabkan meningkatnya serat kasar dalam ransum dan menurunkan retensi nitrogen. Menurut para peneliti bahwa serat kasar dalam ransum mengakibatkan tergertaknya peristaltik usus sehingga zat-zat makanan mudah dicema terbawa keluar bersama serat dalam feses sebelum sempat diserap oleh tubuh itik.

Jadi bila Azolla digunakan untuk pakan unggas seperti itik, penggunaan azolla segar yang masih muda (umur 2 - 3 minggu) bisa langsung dicampur dengan ransum pakan itik. Berdasarkan hasil penelitian diatas, campuran azolla 15% ke dalam ransum ini, terbukti tidak berpengaruh buruk pada itik. Maksudnya, itik tetap menyantap pakan campuran azolla ini dengan lahapnya. Produksi telur, berat telur dan konversi pakan juga tetap normal. Ini bearti penggunaan azolla bisa menekan 15% biaya pembelian pakan itik. Tentu saja hal ini cukup menguntungkan peternak karena bisa mengurangi biaya pembelian pakan itik.


Related posts :







Cari Artikel Seputar Unggas Disini


Leave a Reply

Silahkan beri komentar setelah Anda membaca Artikel di blog ini