June 2, 2012

Penyebab Kematian Embrio Pada Umur Dua Minggu Dalam Mesin Tetas

8 comments
kematian embrio didalam telur

Berikut ini adalah beberapa penyebab kematian embrio didalam telur pada umur dua minggu masa penetasan dengan menggunakan mesin penetas :

1. Induk terserang penyakit. Beberapa penyakit pada induk memang dapat diturunkan kepada anak ayam. Karena itu, pelaksanaan biosecurity termasuk vaksinasi harus dilakukan secara lengkap terhadap induk. Memiliki indukan unggas sendiri itu lebih baik daripada membeli telur di tempat lain yang tidak diketahui kualitas indukannya, karena kontrol penyakit dapat dilakukan lebih selektif. Untuk mengindari penularan atau penurunan penyakit bawaan dari induk maka anda bisa melakukan fumigasi terhadap ruang inkubasi dengan desinfektan yang kuat seperti campuran formalin dan kalium permanganat atau jenis desinfektan kuat lainnya.

2. Formulasi pakan induk kurang benar. Kematian embrio didalam telur dapat terjadi karena pakan induk mengalami defisiensi zat gizi seperti vitamin dan mineral, sehingga metabolisme dan perkembangan embrio menjadi tidak optimal. Untuk mengatasi hal ini, pada ransum induk perlu ditambahkan suplemen vitamin dan mineral.

3. Sebelum diinkubasi telur tidak diangin-anginkan. Telur adalah benda hidup yang mengalami metabolisme dan mengeluarkan panas. Pada saat pengangkutan dan penjualan di pasar, telur mengalami kenaikan suhu karena pengemasan, penumpukan dan penjemuran. Saat pengangkutan dan penjemuran, suhu dapat mencapai 40°C. Karena itu, sebelum di masukkan ke dalam mesin tetas, telur perlu diangin-anginkan terlebih dahulu sekitar satu jam agar tidak terjadi perubahan suhu yang signifikan. Perubahan suhu yang signifikan dapat menimbulkan kematian embrio pada dua minggu masa inkubasi di dalam mesin tetas.

4. Suhu didalam mesin tetas terlalu tinggi atau terlalu rendah. Suhu di ruang inkubasi tidak boleh lebih panas atau lebih dingin 2°C dari kisaran suhu standar. Suhu standar untuk penetasan berkisar antara 36°C-39°C. Kalau terjadi penurunan suhu terlalu lama biasanya telur akan menetas lebih lambat dari 21 hari dan kalau terjadi kenaikan suhu melebihi dari suhu normal maka embrio akan mengalami dehidrasi dan akan mati.

5. Padamnya sumber pemanas. Padamnya sumber pemanas dapat menurunkan suhu di ruang inkubasi. Jika suhu di mesin tetas mencapai 27°C selama 1-2 jam, maka embrio akan segera mati. Terlebih jika umur embrio masih sangat muda. Namun, jika umur inkubasi telah mencapai 18 hari, dampak padamnya sumber pemanas tidak akan separah dampak sewaktu masih muda. Hal ini disebabkan metabolisme masing-masing embrio telah mampu membentuk panas kolektif secara konveksi. Namun, jumlah kematian embrio akan semakin bertambah jika sumber panas padam berkali-kali di dalam satu siklus penetasan. Karena itu, cadangan sumber panas menjadi sangat penting, terlebih pada lokasi usaha penetaasan yang sering terjadi pemadaman listrik. Salah satu usaha untuk meminimalkan resiko jika terjadi pemadaman listrik adalah dengan menggunakan mesin penetas yang memiliki elemen pemanas darurat saat terjadi pemadaman listrik. Lihat spesifikasi mesin tetas PUI-100.

6. Telur didalam mesin tetas tidak diputar. Telur yang tidak diputar atau dibalik karena kemalasan, kelalaian atau matinya sumber listrik jelas akan mempengaruhi posisi embrio. Telur yang dibalik atau diputarnya tidak beraturan dapat menyebabkan pelekatan pada satu sisi. Akibatya, embrio tidak akan dapat tumbuh normal dan akhirnya mati.

7. Kandungan CO2 yang terlalu tinggi. Aktifnya metabolisme embrio menyebabkan akumulasi CO2 di dalam ruang penetasan. Selain dapat menyebabkan kematian embrio, jumlah CO2 yang terlalu banyak dapat menyebabkan DOC yang berhasil menetas menjadi lemas dan lemah. Ventilasi atau aliran udara yang tidak baik menjadi faktor utama terjadinya penumpukan zat asam arang ini. Pada mesin tetas sederhana, ventilasi yang buruk bisa disebabkan lubang ventilasi yang kotor atau jumlahnya yang kurang. Karena itu, pelaku penetasan harus rajin membersihkan ventilasi.

8. Telur disimpan pada suhu di atas 30°C. Telur yang berada pada ruangan bersuhu di atas 30°C, bagian putih telurnya akan segera encer sehingga tali pengikat kuning telur mudah putus. Apalagi, jika telur akan diangkut melalui medan yang berat (jalan berliku-liku, jalan belum aspal atau tidak mulus, ) atau mengalami perlakuan kasar, maka tali pengikat tersebut rentan putus akibat guncangan atau perlakuan kasar tersebut.

9. Telur berumur lebih dari 5 hari. Putih telur mudah encer jika setelah berumur 5 hari telur belum juga dimasukkan ke dalam mesin tetas. Kalau anda membeli telur dari tempat lain maka perlu untuk menanyakan berapa umur telur tetas tersebut. Kalau anda enggan untuk menanyakan maka cukup member toleransi 2-3 hari pada telur tersebut, artinya telur tersebut telah berapa pada peternak/pengepul telur selama 3 hari. Sehingga maksimal waktu anda menyimpan telur tersebut di rumah anda adalah 2-3 hari.

Sumber Literatur : www. sentralternak.com dan buku kiat sukses menataskan telur ayam.

Tags :


Related posts :







Cari Artikel Seputar Unggas Disini


8 Responses so far

  1. pada percobaan penetasan pertama saya, beberapa poin saya abaikan dari posting di atas. akibatnya saya menetaskan 100 dan hanya 10 yang menetas. apakah ini mutlak pengaruh mesin tetas? suhu dah ok. 38 derajat C. apa masih kurang panas? makasih masukannya

  2. rendahnya daya tetas tdk mutlak dari alat tetas, menurut saya faktor utama adalah fertilitas telur (pada hari penetasan ke-6 Anda harus meneropong telur utk mengetahui fertilitas telur), baru kemudian mengenai masalah teknis pengoperasian mesin tetas, Anda tdk boleh mengabaikan beberapa hal prinsip seperti memutar telur, kontrol ketersediaan air, untuk suhu sdh proporsional antara 38 - 40 derajat Celcius.

  3. Anonymous says:

    knp sy sllu gagal dlm menetaskan telur itik, padahal sudah menuruti aturan yg ada dibuku petunjuknya, yah, embrio mati dlm telur pada suhu normal, kelembaban normal, gak mati lampu, pentilasi sesuai aturan,,knp yah,,,apkah sy g da bakat jd penetas telur.

  4. Tingkat kegagalan menetaskan telur itik lebih besar dibanding menetaskan telur ayam atau puyuh, hal tersebut disebabkan cangkang telur itik lebih tebal dibanding cangkang telur ayam atau puyuh. Sehingga disaat anak itik mau menetas, ia tidak kuat memecahkan cangkang telur dan menyebabkan kematian. Untuk membantu mudahnya proses menetas bisa dibantu dengan cara setiap hari mengelap atau menyemprot (dg sprayer) dengan air hangat terhadap telur-telur itik yang kita tetaskan.

  5. Unknown says:

    Pak, mohon bantu mengenali telur itik yang fertil..
    Kalau saya amati dengan alat candling sebelum ditetaskan, ada beberapa bentuk titik hitam di ujung tumpul, diantaranya adalah bulat hitam yan letaknya di tengah, bulat hitam yang letaknya sedikit menyamping, kemudian ada titik yang bentuknya tidak beraturan.....dan ada pula titik hitam yang kecil.....Telur yang fertil yang mana ya pak?....

    Dan apakah hasil candling pada saat pertama itu tidak mutlak menjamin telur itu fertil?...tks

  6. Unknown says:

    @Edi Saputro: Secara detail dan meyakinkan kami belum mengetahui telur yang fertil atau infertil pada saat sebelum proses inkubasi, Insya Allah kedepan kami akan lakukan eksperimen mengenai hal tsb. Selama ini standar yang kami terapkan terhadap kualitas telur yang akan ditetaskan adalah : bentuk telur (index telur), keseimbangan induk jantan dan betina (sex ratio), berat telur, dan lama penyimpanan, kami tdk pernah melakukan candling sebelum proses inkubasi. Jika sex rationya sesuai dengan jenis unggasnya maka akan diperoleh telur-telur yang fertil.

  7. Unknown says:

    Berapa ongkos kirim ke Kandangan, Kab. Hulu Sungai Selatan, Prov. Kalimantan Selatan?

  8. @gokma sinaga: PUI-100 hrg 380rb+ongkir 130rb), PUI-30 (hrg 250rb+ongkir 78rb), paket sperpart (hrg 150rb+ongkir gratis)

Leave a Reply

Silahkan beri komentar setelah Anda membaca Artikel di blog ini